Belajar dari Anak Panti Asuhan

by Unknown  |  in Agenda at  14.59.00

Beberapa minggu lalu, Minggu (16/11) UIN Suska Mengajar jilid III mengadakan kunjungan sekaligus mengajar di Panti Asuhan, kebetulan pada hari itu tempat yang kami pilih untuk kami kunjungi ialah Panti Asuhan Fajar Harapan yang terletak di Jalan Sudirman, Pekanbaru, Riau. Seluruh panitia berkumpul pukul 07.30WIB di Pendopo UIN Suska  Riau. Tepat pukul 08.10 WIB kami tiba di Panti Asuhan ini, ya awalnya kami melihat banyak balita bermain dibalik pagar besi itu karena Panti ini mayoritas ditinggali oleh bayi dan balita, mereka sibuk bermain sehingga lupa mungkin ada yang mengunjungi mereka. Pengalaman ke Panti Asuhan untuk pertama kalinya memang terasa sangat menyenangkan walau awalnya terasa agak canggung menurut saya.
 

Oleh : Yova Ardyastuti

Sejak pertama datang memang tidak langsung disambut, beda hal nya ketika beberapa bulan lalu saat kami pergi mengajar di suku pedalaman Talang Mamak. “mungkin mereka bingung kami datang rombongan seperti ini,” fikirku. Saya pandangi wajah mereka yang sebagian besarnya dipenuhi balita, karena melihat mereka sibuk bermain kami masuk langsung ke dalam ruangan yang mana ternyata itu merupakan ruangan bayi tampak dari box-box bayi yang terbuat dari kayu itu berjejeran di sana. Ketika kami mendatangi mereka timbul keadaan penuh haru dan bahagia, hal ini tampak dari adanya anak yang senang dan minta agar kami menggendong nya, ada pula bayi yang menangis ketika disesakkan oleh kami berkerumunan melihatnya.

Namun terasa sejak memasuki ruangan yang tidak terlalu besar ini ada seorang anak perempuan memperhatikan ku dari tadi, saat aku berganti menggendong beberapa anak balita itu. Aku palingkan muka ke arah bayangan itu, gadis kecil yang mengenakan baju ungu dengan bunga dibagian bajunya, gadis kecil berkulit sawo matang ini memperhatikan ku mulai dari saat saya hadir di sini, saat saya melihat gadis kecil itu tampak senyum yang terurai indah di wajah polosnya itu, senyum yang indah (aku balas senyumannya dengan cepat). Gadis kecil itu datang menghampiriku, memegang tangan ini dengan tangannya yang lebih kecil dari tanganku, saya segera jongkok agar tinggi kami sama, lalu saya menanyakan siapa namanya “Eka kak,” ia jawab demikian, lalu aku pun memperkenalkan namaku.

Setelah banyak bercerita-cerita dengan Eka, salah satu pengasuh mengajak kami ke sebuah ruangan, mungkin aula dari Panti Asuhan ini, ruangan itu tampak luas karena tidak ada isi, hanya sebuah tikar yang telah dibentangkan guna menyambut tamu-tamu yang berkunjung ke sini mungkin, acara pun dimulai dari kata sambutan ketua komunitas USM, sambutan dari pihak panti, setelah itu anggota USM membagi anak-anak Panti menjadi dua kelompok, kelompok SD dan SMP/SMA. Sambil mendokumentasikan kegiatan hari ini saya melihat kelompok SD melakukan permainan-permainan dan juga menggambar cita-cita kelak dewasa ingin menjadi apa, sedangkan kelompok SMP/SMA diberikan permainan Indonesia Pintar. Acara berlangsung menyenangkan terdengar suara tertawa dari kedua grup.

Tapi tidak tau mengapa mata ini menatap ke arah Eka yang masuk ke dalam kelompok SD, ia tampak dikelilingi oleh beberapa anggota USM, dan aku pun menghampirinya “Eka,” ucapku. Dia hanya melihat kearahku sekejap lalu berpaling ke pada gambarnya saja, pensil warna itu hanya dipegangnya saja, mungkin dia malu terlalu banyak orang yang memperhatikan dirinya terlihat ketika banyaknya pertanyaan yang kulontar kan hanya di jawabnya singkat atau malah ia tidak merespon.

Kemudian kegiatan dilanjutkan oleh acara Membuat pohon harapan sebagai kenang-kenangan untuk Panti dari kami, makan bersama, dan solat zuhur berjamaah di lantai dua Panti. Karena kebetulan saya tidak solat dengan beberapa kawan lainnya, membuat kami hanya duduk di ruang itu saja sambil bercerita beberapa hal. Lalu muncul dari pintu ruangan ini, mata langsung berpaling kepada bayangan itu “eh Eka sini dek,”ucapku. Ia pun mengikuti dan langsung duduk dipangkuanku, mulailah saya bertanya sudah berapa lama ia tinggal di panti?dia menjawab dengan samar “baru kak, belum lama.” Ia mengaku sebelumnya ia berasal dari salah satu pulau yang berada di Riau, ia datang kemari diantar oleh ibu nya yang tidak sanggup lagi untuk merawatnya dikarenakan mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu dan sudah ditinggal wafat oleh ayahnya.

Memang gadis yang kuat, saat itu saya berfikir andai saya berada di posisi Eka belum tentu saya bisa seperti anak gadis ini, yang mau tinggal di sini untuk dapat meringankan beban ekonomi keluarga, tempat yang jauh dari keluarga juga dan ia pun baru duduk di kelas IV SD, beban biaya hidup yang besar dan belum lagi biaya yang pendidikan yang tinggi mengharuskan ia berada di tempat ini, jauh dari ibu yang telah melahirkan dia, belum lagi ia mengatakan kepada saya kalau disini semua dituntut hidup mandiri tergambarkan dari mencuci baju sendiri, membersihkan kamar, makan, mandi.

© 2014 Uin Suska Mengajar II Support By Members
Admin Website by BOS ARTIKEL